Future of Food 2026: Membayangkan Masa Depan Kuliner yang Lebih Berkelanjutan

Marriott International merilis laporan tahunan yang memetakan arah tren kuliner Asia Pasifik, termasuk Indonesia

Jakarta, 14 Oktober 2025 — Marriott International resmi meluncurkan Future of Food 2026, sebuah laporan tahunan yang dirilis serentak di 20 negara dan melibatkan lebih dari 30 chef, mixologist, dan pakar industri di kawasan Asia Pasifik.

Laporan yang digarap selama satu tahun ini bukan sekadar kumpulan tren sesaat, melainkan peta arah masa depan dunia kuliner, menyoroti hal seperti pergeseran pola makan, preferensi tamu, dan peran kuliner lokal dalam membentuk ekosistem gastronomi masa depan.

Pada acara peluncurannya di Jakarta yang berlokasi di Daily Treats, The Westin Jakarta, sebagai bagian dari talkshow The Fast & The Curious: The Future Larder, Sander Looijen selaku Area General Manager Bali Premium & Select Properties Marriott International sekaligus General Manager The Westin Resort Nusa Dua, Bali mengungkapkan bagaimana komitmen Marriott International dalam penyusunan laporan yang telah hadir dari tahun ke tahun ini.

This year is bigger, kami ingin meningkatkan awareness dan menunjukkan bahwa laporan ini tidak hanya relevan bagi hotel, tapi juga seluruh ekosistem kuliner.” ujar Sander.

Rangkaian acara peluncuran Future of Food 2026 dirancang untuk mencerminkan keberlanjutan, inovasi, dan talenta lokal yang menjadi inti laporan ini. Para tamu diajak memulai hari dengan menikmati kopi Flores dari Valerian Maesa Naomi dari TA’AKTANA Coffee Roastery, Labuan Bajo, sebuah cerminan bagaimana bahan lokal dan cerita dibaliknya menjadi bagian dari pengalaman bersantap. Sore harinya, suasana berlanjut ke sesi Pouring Over The Future: Sustainable Trailblazers di Henshin, The Westin Jakarta menampilkan kreasi sustainable mixology oleh I Nyoman Widana dari The St. Regis Bali Resort, pemenang APEC 2025 Sustainable Bartender Rising Star, memperlihatkan bagaimana praktik berkelanjutan kini menjadi bagian dari inovasi di dunia bartending. Malamnya, pengalaman kuliner ditutup dengan Beyond The Bite: Daring Diversific-Asian, menampilkan Loka Rasa oleh Chef Toni Azhari dari Lampung Marriott Resort & Spa dan Chef Chiko Fonia dari The Westin Jakarta, yang berpadu dengan pertunjukan tari tradisional Ande Ande Lumut dari Jawa Timur, menghadirkan pengalaman multi-sensori yang merayakan kekayaan budaya, kreativitas, dan ekosistem gastronomi Indonesia yang holistik.

Tren Kuliner Indonesia: Cinta pada Rasa Lokal

Preferensi pasar kuliner Indonesia semakin menunjukkan karakter yang kuat. Sebanyak 82% tamu hotel di Indonesia tercatat lebih memilih masakan Asia, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata Asia Pasifik yang hanya 57%. Tren ini mencerminkan bagaimana baik wisatawan maupun masyarakat lokal semakin mencari pengalaman makan yang terasa “dekat rumah” dan punya identitas rasa yang jelas.

Tak heran jika 91% properti Marriott di Indonesia kini ikut menonjolkan bahan dan hidangan lokal. Selain mendukung produsen sekitar, langkah ini juga memperkaya pengalaman tamu dengan cita rasa khas daerah yang tidak bisa mereka temukan di tempat lain. Menu bukan lagi sekadar daftar hidangan, tapi bagian dari cara bercerita tentang suatu tempat.

Media sosial pun punya peran besar dalam menggerakkan tren ini. Sebanyak 85% properti menyebut popularitas suatu menu sangat dipengaruhi oleh platform digital. Satu foto atau video bisa membuat sebuah hidangan baik makanan maupun minuman jadi incaran banyak orang hanya dalam hitungan jam.

Meski demikian, comfort food tetap juara di hati banyak individu. Untuk menu in-room, tamu masih paling banyak memesan nasi goreng, mi goreng, dan burger, mencerminkan meskipun di tengah tren dan inovasi, keakraban rasa tetap punya tempat.

Fine Casual: Jembatan antara Kenyamanan dan Kelas

Menurut food writer dan restorateur Kevindra Soemantri, pengalaman bersantap kini bergeser ke arah “fine casual dining”, sebuah tren yang tercermin dalam laporan Future of Food 2026, khususnya di Indonesia, di mana 73% tamu lebih memilih quick casual dining dibandingkan fine dining formal, melebihi angka rata-rata di Asia Pacific yakni di 59%. “Dulu batas antara fine dining dan casual dining jelas, sekarang banyak restoran menghadirkan pengalaman yang refined tanpa mengorbankan kenyamanan,” ujarnya. “Yang menarik, justru kuliner lokal kini menjadi bintang.”

Kevindra mengamati bagaimana banyak chef kini kembali ke akar, mengeksplorasi teknik dan cita rasa dari daerah asal masing-masing. Contohnya, chef asal Manado kini membuka restoran yang menyajikan hidangan Manado dengan pengetahuan dan pengalaman internasional yang mereka peroleh selama berkarier, memadukan warisan lokal dengan teknik modern untuk menciptakan masakan yang autentik namun tetap inovatif.

Selain itu ia juga menyoroti Asia Tenggara sebagai hotspot kuliner dunia, di mana popularitas kuliner Indonesia semakin diakui setara dengan Thailand dan Vietnam. “Banyak talenta Indonesia yang kini go global, menjadi ambassador bagi kuliner kita,” tambahnya.

Menghubungkan Petani dan Industri

Helianti Hilman, pendiri Javara, brand yang sejak 2016 membangun Javara Academy (kini Seniman Pangan) untuk mendukung inovasi pangan di hulu, menekankan pentingnya transparansi dan keberlanjutan dalam ekosistem kuliner. Temuan laporan menunjukkan bahwa 82% tamu hotel di Indonesia kini ingin mengetahui asal-usul bahan makanan dan minuman yang mereka konsumsi, menegaskan bahwa pengalaman bersantap kini tidak hanya soal rasa, tetapi juga cerita di balik hidangan — mulai dari sumber bahan hingga proses memasaknya. Di Asia Pasifik, bahkan angka ini melampaui Indonesia di 85%. Menanggapi tren ini, Helianti mengatakan, “Kalau kita ingin menyelamatkan masa depan pangan, kita harus membuat desa jadi keren. Petani muda harus menjadi guardian of food biodiversity.”

Javara pun berperan sebagai jembatan antara petani lokal dan hotel-hotel bintang lima, termasuk properti Marriott International, seperti kerja sama yang pernah dilakukan dengan The Westin Bali Nusa Dua Resort saat G20, dan kini bagaimana Javara menyuplai item di Ta’aktana Resort di Labuan Bajo. Kolaborasi ini menjadi contoh konkret bagaimana ekosistem kuliner berkelanjutan dapat menghadirkan manfaat bagi petani, hotel, dan tamu yang semakin peduli akan asal-usul makanannya.

Visi 20 Tahun ke Depan

Para narasumber sepakat bahwa masa depan kuliner Indonesia akan dibentuk oleh ekosistem yang saling terhubung, bukan oleh satu pihak saja. Sander menyoroti bagaimana laporan ini mengonfirmasi tren yang mereka amati di lapangan: seiring Marriott membuka lebih banyak properti di berbagai daerah, timnya semakin memahami cita rasa hyperlocal yang unik di setiap wilayah. “Kita mulai melihat begitu banyak variasi kuliner lokal yang sebelumnya tidak terekspos,” ujarnya, seraya menekankan bahwa keberagaman dan peran petani adalah fondasi dari setiap perjalanan kuliner. “Dari sanalah semua dimulai,” tambah Sander, menegaskan bahwa setiap hidangan istimewa selalu berawal dari tanah, dari tangan mereka yang menanam.

Helianti Hilman menambahkan, masa depan kuliner Indonesia ada di desa, di mana keberlanjutan dibangun melalui sistem yang mendorong generasi muda untuk kembali dan memelihara warisan rasa serta pengetahuan lokal. Sementara itu, Kevindra Soemantri melihat restoran tidak sekadar sebagai tempat makan, tetapi sebagai agen perubahan, di mana kolaborasi lintas sektor — antara petani, pengusaha, chef, dan komunitas — menjadi lokomotif yang menggerakkan industri menuju keberlanjutan dan identitas kuliner yang kuat.

Dengan demikian, masa depan kuliner Indonesia bukan hanya soal tren rasa, tetapi tentang membangun jaringan yang saling menguatkan, dari hulu hingga ke meja makan. Future of Food 2026 bukan sekadar laporan tren; ini adalah panggilan untuk kolaborasi lintas sektor demi membentuk narasi gastronomi Indonesia yang berkelanjutan dan mampu bersaing di panggung global.

Laporan Future of Food 2026 melibatkan 30 chef dari 20 negara dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi pelaku industri F&B di Indonesia untuk membangun masa depan kuliner yang lebih inklusif, lokal, dan berdaya saing global. Laporan ini dapat diakses di tautan berikut.

Feastin' Crew

Tim penulis yang selalu lapar, entah itu akan informasi baru atau masakan lezat di penjuru kota.

Previous
Previous

Regent Bali Canggu Hadirkan Michelin Master Series

Next
Next

Dari Segelas Kopi Susu ke Ruang Kebersamaan di Kopi Soe Coffeetaria