Nasi Goreng: Masakan Sederhana yang Tak Semudah Kelihatannya

Ada banyak ekspektasi di balik sepiring Nasi Goreng. Natasha Lucas memiliki perjalanan tersendiri meramu nasi goreng terbaik untuk sang suami.

Saya adalah seseorang yang hobi memasak dan senang membuat masakan saya dapat dinikmati oleh orang lain. Namun, ada satu masakan yang selama bertahun-tahun saya tidak percaya diri untuk membuatnya. Ya, itu adalah nasi goreng.

Semua berawal ketika saya mencoba membuat nasi goreng untuk suami. Namun, setelah mencicipinya, ia berkomentar bahwa nasi goreng buatan saya kurang nikmat. Sejak saat itu, saya enggan untuk mencoba lagi. Menurut suami saya, apa pun yang saya masak selalu enak, kecuali nasi goreng yang menurutnya, kurang nikmat.

Hal ini membuat saya berpikir. Ternyata, masakan yang terlihat "mudah" dan sederhana seperti nasi goreng bukanlah hal yang sesederhana kelihatannya. Nasi goreng memang telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu kekayaan kuliner kita. Masakan ini awalnya dibawa oleh masyarakat Tionghoa ke Indonesia, lalu mengalami akulturasi budaya dengan penambahan rempah lokal serta kecap manis. Popularitasnya pun luar biasa, bahkan sampai Uncle Roger mengkritik Gordon Ramsay dalam pembuatan nasi goreng ala Indonesia.

Nasi goreng juga merupakan jenis masakan yang mendukung upaya pengurangan limbah pangan. Berbagai bahan masakan sisa dapat dicampurkan ke dalam hidangan ini. Semakin saya mengevaluasi cara memasak nasi goreng, saya semakin menyadari bahwa nasi goreng yang nikmat memiliki beberapa elemen penting: aroma wok hei, nasi yang berbutir dan tidak menggumpal, serta perpaduan rempah yang kaya tanpa didominasi oleh rasa manis dari kecap manis.

Oleh karena itu, terkadang nasi goreng yang dimasak di rumah tidak senikmat yang dijual di pinggir jalan. Mengapa demikian? Salah satu faktor utamanya adalah panas api dan wajan, yang menentukan terbentuknya aroma wok hei.

Wok hei secara harfiah berarti "napas wajan" dalam bahasa Kanton. Istilah ini mengacu pada aroma dan cita rasa khas yang dihasilkan saat memasak dengan suhu sangat tinggi menggunakan wok (wajan cekung khas Tionghoa). Teknik ini membuat makanan terasa lebih smoky dan memiliki sedikit rasa karamelisasi yang khas. Sayangnya, wajan dan kompor yang digunakan di rumah sering kali tidak cukup mendukung terciptanya wok hei ini.

Dari segi bumbu, sebaiknya digunakan bumbu putih, yaitu campuran bawang putih, bawang merah, kemiri, dan sedikit ketumbar. Bumbu ini sebaiknya dihaluskan agar lebih mudah tercampur dengan butiran nasi. Untuk nasi, idealnya digunakan nasi yang telah didinginkan semalaman di dalam kulkas. Nasi yang didiamkan semalaman mengalami retrogradasi pati, yaitu proses di mana kadar air dalam nasi berkurang, sehingga butirannya menjadi lebih kokoh dan tidak lembek saat terkena panas tinggi.

Selain itu, penggunaan kecap Inggris dapat menambah aroma khas pada nasi goreng. Kecap manis sebaiknya ditambahkan di akhir proses memasak agar memberikan rasa manis yang kompleks tanpa mendominasi keseluruhan rasa.

Terakhir, variasi topping atau tambahan dapat disesuaikan dengan selera. Ada yang suka menambahkan petai, ada pula yang lebih menyukai terasi. Setiap orang dapat berkreasi untuk menciptakan versi nasi goreng terbaiknya.

Kini, saya bersyukur akhirnya bisa membuat nasi goreng yang mendapatkan pengesahan dari suami. Rahasianya? Menggunakan bumbu, saus, alat, dan teknik yang tepat.

Bagaimana dengan Anda? Nasi goreng seperti apa yang menjadi favorit Anda?

Natasha V. Lucas

Natasha V. Lucas merupakan Head of Creative & Visual di Feastin’. Food stylist dan fotografer yang melihat makanan sebagai karya seni. Pencinta memasak yang tak bisa hidup tanpa kopi dan sashimi. Baginya, makanan bukan sekadar rasa - tapi harus diapresiasi dari hati.

Previous
Previous

Meja Terhangat di Jawa: 60 Tahun Bu Ugi Menjamu

Next
Next

Food for Thought: Ingin Kuliner Indonesia Maju? Bukan Chef Jawabannya