Harmoni Mengalir Dua Generasi Chef di Sawah Terrace
Di tengah gemuruh tren kuliner modern, satu malam di Ubud menjadi ruang perjumpaan antara tradisi dan inovasi. Sebuah kolaborasi langka tersaji dalam properti Mandapa, a Ritz Carlton Reserve.
Tim solid di balik menu kolaborasi antara Chef Bayu Retno Timur dengan Ibu Sisca Soewitomo | Foto: Mandapa
Dua hari menjelang Ubud Food Festival 2025, Ubud mulai dipadati dengan para pecinta kuliner yang telah ‘lapar’ secara harfiah, maupun mereka yang rindu akan rasa, cerita, dan jejak tradisi yang menghangatkan hati. Menyambut perayaan tahunan yang meriah, sebuah kolaborasi langka nan istimewa pun terjadi di Mandapa, a Ritz-Carlton Reserve. Dua generasi lintas dekade dipertemukan, Chef Bayu Retno Timur dari Mandapa diduetkan dengan sang legenda hidup kuliner Indonesia yang tak lain merupakan sosok celebrity chef lintas generasi dan dekade, Ibu Sisca Soewitomo. Mereka menyusun sebuah family set yang merepresentasikan bagaimana cita rasa, nilai, dan cerita kuliner dapat diwariskan lintas generasi.
Kami tiba di Mandapa saat matahari perlahan kembali ke peraduannya. Tak perlu waktu lama bagi kru yang menyambut kami untuk mengantar ke buggy, membawa kami menuju Sawah Terrace, salah satu restoran di Mandapa yang berlokasi di tepi sungai Ayung. Begitu tiba, kehangatan langsung terasa dari dominasi material kayu yang berpadu harmonis dengan furnitur berbahan bambu, menciptakan suasana alami yang bersahaja namun berkelas.
Interior Sawah Terrace di malam hari | Foto: Feastin’
Saat malam tiba, Sawah Terrace menjelma menjadi ruang makan yang memukau. Dikelilingi bayangan pepohonan dan gemuruh lembut sungai di kejauhan, lentera gantung memantulkan cahaya temaram di atas meja-meja kayu. Beberapa sisi dibiarkan terbuka, membuka ruang bagi udara Ubud yang sejuk masuk perlahan. Semua elemen berpadu membentuk pengalaman bersantap yang intim, seolah waktu berjalan lebih lambat, memberi kesempatan untuk benar-benar menikmati setiap suap dan suasana.
Kami duduk berhadapan dengan hamparan alam yang cukup luas untuk menjadi panggung bagi para penari Bali, yang malam itu tampil anggun di hadapan kami. Mandapa sengaja menghadirkan pertunjukan tari tradisional ini agar para tamu dapat menikmati keindahan budaya Bali tanpa harus meninggalkan kenyamanan properti.
Pertunjukan tarian tradisional di tengah suasana santap malam | Foto: Feastin’
Salah satu momen unik yang mengawali santap malam adalah kobokan berukuran besar yang dibagikan oleh waiter — sempat membuat saya mengira itu adalah hidangan pembuka. Setelah senyum tersadar, satu per satu sajian mulai menghiasi meja. Ragam kerupuk dan sambal membuka malam, diikuti tahu dan tempe bacem yang dibalut daun pisang, lengkap dengan pesan kecil di balik lipatannya. Sate Lilit dengan sambal embe menjadi penutup starters, sebelum menu utama datang menyemarakkan malam: Udang Bakar Madu, Ikan Kakap Timbungan, Tongseng Sapi, Bakwan Udang Sayur, dan Jukut Kalasan.
Ikan Kakap Timbungan hasil tangkapan nelayan lokal serta Tongseng Sapi dengan wagyu yang dimasak perlahan hingga lembut menjadi sorotan malam itu, berkali-kali menuai pujian di meja kami. Hal yang membuat Sawah Terrace menonjol adalah kemampuannya untuk mempertahankan rasa autentik masakan Nusantara yang akrab di lidah, namun disajikan dengan teknik dan estetika yang lebih kontemporer, hasil perwujudan visi kuliner Chef Bayu Retno Timur.
Santap malam kami ditutup dengan dua jenis dessert: Colenak dengan tape yang di-chargrilled hingga wangi karamel menyeruak, serta tafsir para juru masak atas Bubur Sumsum.
Suasana malam itu pun terasa hangat dan penuh energi positif, terlebih dengan kehadiran Ibu Sisca Soewitomo dan Chef Bayu yang menyapa satu per satu tamu. Ibu Sisca, dengan pembawaannya yang khas, membawa nostalgia tersendiri bagi generasi yang tumbuh ditemani wajah beliau di layar kaca dan bagaimana resep-resepnya menjadi bagian dari dapur keluarga; sebuah kolaborasi yang membawa kesan, namun bukan hanya tentang rasa, tapi juga menghadirkan kembali kehangatan yang begitu lekat dalam ingatan.